About

Minggu, 19 April 2015

8. Stress

     A.   Pengertian Stres
Menurut Atwater (1983),  stres merupakan suatu tuntutan penyesuaian, yang menghendaki individu untuk meresponnya secara adaptif.
Feldman (1989), stres adalah suatu proses dalam  rangka menilai suatu peristiwa sebagai  suatu yang  mengancam, menantang, ataupun membahayakan; serta individu merespon peristiwa itu baik pada level fisiologis, emosional, kognitif dan tingkah laku.
Sedangkan Hans Selye (dalam, Hahn & Payne, 2003)  menjelaskan stres adalah  respon yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai  tuntutan yang ada, dimana respon tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.

General Adaptation Syndrom
General Adaptation Syndrom  adalah reaksi fisiologis dan psikobiologis yang ditimbulkan akibat stres. Contohnya hilangnya nafsu makan, melemahnya otot, menurunnya minat, perasaan cemas, dan sebagainya. General Adaptation Syndrom diperkenalkan oleh Hans De Selye pada tahun 1920. Hans De Selye menjelaskan terdapat 3 tahapan General Adaptation Syndrom, yaitu:
1.    Tahapan Peringatan
Pada tahapan pertama ini tubuh langsung bereaksi terhadap penyebab stres (stressor). Setelah bertemu stressor, tubuh bereaksi dengan respon "fight-or-flight response" (melawan atau lari) dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Jika ada ancaman atau bahaya, tubuh akan mengeluarkan hormon seperti hormon kortisol dan adrenalin untuk mengatasi rasa cemas atau takut. Pada tahap ini pertahanan tubuh dikerahkan untuk menghadapi stressor, akibatnya kemampuan imun dapat menurun. Jika stressor hilang, maka tubuh akan kembali normal.
2.    Tahapan Pertahanan
Ini adalah tahap dimana sistem saraf parasimpatis kembali ke tingkat normal, sementara tubuh memfokuskan kekuatan menghadapi stressor. Reaksi tubuh naik melebihi batas normal, kadar glukosa darah, kortisol dan adrenalin tetap tinggi, namun penampilan luar organisme tampak normal. Reaksi yang berlebihan ini untuk melawan penyebab ketegangan sehingga diharapkan akan ada penyesuaian. Reaksi seperti ini bila berjalan terus menerus dapat menyebabkan penyakit. Pada tahap ini dapat muncul gejala psikis dan psikosomatis.
3.    Tahap Kelelahan
Di tahap ini stres berlangsung cukup lama. Tubuh tidak mampu menyingkirkan stressor, akibatnya tubuh terus menerus membuat pertahanan ataupun perlawanan. Perlawanan yang yang dilakukan terus menerus menyebabkan kelelahan pada tubuh. Ketahanan tubuh (imun) berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali. Pada tahap ini dapat muncul berbagai macam penyakit, seperti diare, gatal-gatal, mual, tekanan darah tinggi hingga penyakit jantung.

Faktor-Faktor Penyebab Stres
Faktr-faktor yang menyebabkan sress merupakan gabungan  dari faktor  internal (individu) dan eksternal (sosial), yaitu:
1.  Faktor Sosial
a.       Jumlah peristiwa yang menjadi stressor , kemunculannya secara bersamaan.
b.      Situasi tertentu, misal: dengan siapa kita  hidup, seberapa lama kita mengalami stres tersebut.
2.  Faktor Individual
a.      Karakteristik kepribadian individu, misal: pemarah, ambisius, agresif.
b      Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres, antara lain: inteligensi,  fleksibilitas berpikir.
c.       Harga diri  (self-esteem).
d.      Bagaimana individu menerima atau  mempersepsikan peristiwa yang potensial memunculkan stres.
e.       Toleransi terhadap stres, tergantung pada: kondisi kesehatan, tingkat kecemasan.

     B.   Tipe-Tipe Stres Psikologis
     1.      Tekanan ( Pressure ).
Tekanan dapat bersumber dari dalam diri seperti ambisi atau dari luar diri seperti kompetisi di  lingkungan, bahkan dapat berupa gabungan keduanya. Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, muncul perilaku  self-defeating , dimana diri kita kalah dengan  tuntutan kita sendiri yang berlebihan  seperti yang terjadi pada orang-orang perfeksionis.
2.      Frustrasi ( Frustration ).
Frustasi muncul karena adanya hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan, dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kegoncangan ekonomi, pengangguran, dan lain-lain). Frustasi dapat muncul akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, misalnya saat lapar tetapi tidak adanya makanan. Atau adanya penundaan, misalnya ketika menunggu lampu lalu- lintas menjadi hijau.
Ada beberapa sumber frustrasi dari dalam diri individu yaitu:
a.       Tidak punya kemampuan
b.      Rendahnya komitmen
c.       Rendahnya kepercayaan  diri
d.      Perasaan  bersalah
e.       Karakteristik individu: jenis  kelamin, warna kulit
Tingkat frustrasi tertentu merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Contohnya pada masa remaja matang fisik dan seksual yang ingin hidup secara independen, padahal secara ekonomi masih bergantung pada orangtua. Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi kita terhadap frustrasi maka semakin mudah kita cenderung menjadi agresif.
      3.      Konflik.
Konflik muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik dibedakan  berdasar nilai dari masing-masing pilihan, jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency.
Ada 4 macam-macam konflik:  
a.       approach- approach conflict  
Dua pilihan yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.
b.      avoidance- avoidance conflict   
Dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif
c.       approach -avoidance conflict
Datu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
d.      double approach-avoidance conflict
Dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif  dan negatif.
      4.      Cemas.
Cemas merupakan  perasaan samar-samar,  rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya dimasa yang akan datang. Simtom cemas seperti jjantung berdebar, ketegangan otot, keringat dingin. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas normal, karena kecemasan merupakan alarm yang memperingatkan bahwa bahaya sudah dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya. Perbedaan rasa takut dan cemas adalah, rasa takut terjadi jika merasa terancam pada sesuatu yang spesifik & jelas letaknya sedangkan rasa cemas lebih subjektif dan umum ancamannya, lebih stressful , karena ancaman tidak diketahui objek dan  efeknya lebih mudah terakumulasi sehingga membuat berkurangnya kesadaran dan memburuknya performa kita.

     C.   Symptom-reducing responses terhadap stres
1.      Defence Mechanisms
Mekanisme pertahanan diri merupakan reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri mereka dari adanya stres psikologis. Sifatnya tidak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali.
Macam-macam mekanisme pertahanan diri:
1.      Represi
2.      Supresi
3.      Pengingkaran
4.      Rasionalisasi
5.      Regresi
6.      Proyeksi
7.      Reaksi-formasi
8.      Sublimasi
9.      Acting Out
10.  Fantasi

2.      Coping Strategy
Koping yang efektif didefinisikan sebagai suatu proses mental  untuk mengatasi tuntutan yang dianggap sebagai tantangan terhadap sifat pada diri seseorang. Dalam hal ini, untuk dapat melakukan koping diperlukan sifat internal dan ekstrenal. Kreativitas, kesabaran, optimisme, intuisi, rasa humor, hasrat, dan kasih sayang merpakan contoh sifat internal. Sifat eksternal meliputi waktu, uang, dan dukungan sosial.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki 4 komponen pokok:
1.      Peningkatan kesadaran terhadap masalah
2.      Pengolahan informasi
3.      Pengubahan perilaku
4.      Resolusi damai

     D.   Pendekatan “Problem Solving”  terhadap Stres
Jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya yaitu:
1.      Memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres
2.      Memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.

Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres
a.       Toleransi terhadap tekanan
b.      Toleransi terhadap frustrasi
c.       Toleransi terhadap konflik
d.      Toleransi terhadap kecemasan

Pendekatan yang Berorientasi terhadap Tugas
a.       Pendekatan Asertif
Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain
b.      Berkompromi
Biasa digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama seimbang.
Tipe-tipe kompromi ada konformitas, negosiasi, dan subtitusi.
c.       Pendekatan Menarik Diri
Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara dapat memperburuk kesehatan individu. Misalnya cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah
Sumber:
Dewi, Kartika Sari.2010.Kesehatan Mental.Semarang:Universitas Diponegoro.
Sunaryo.2004.Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.
National Safety Council.2003.Manajemen Stres.Jakarta:EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar