A.
Pengertian Stres
Menurut
Atwater (1983), stres merupakan suatu tuntutan
penyesuaian, yang menghendaki individu untuk meresponnya secara adaptif.
Feldman
(1989), stres adalah suatu proses dalam rangka
menilai suatu peristiwa sebagai suatu
yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan;
serta individu merespon peristiwa itu baik pada level fisiologis, emosional,
kognitif dan tingkah laku.
Sedangkan
Hans Selye (dalam, Hahn & Payne, 2003)
menjelaskan stres adalah respon
yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai
tuntutan yang ada, dimana respon tersebut dapat berupa respon fisik atau
emosional.
General
Adaptation Syndrom
General Adaptation Syndrom adalah reaksi
fisiologis dan psikobiologis yang ditimbulkan akibat stres. Contohnya hilangnya
nafsu makan, melemahnya otot, menurunnya minat, perasaan cemas, dan sebagainya.
General Adaptation
Syndrom diperkenalkan oleh Hans De
Selye pada tahun 1920. Hans De Selye menjelaskan terdapat 3 tahapan General Adaptation Syndrom, yaitu:
1.
Tahapan Peringatan
Pada tahapan
pertama ini tubuh langsung bereaksi terhadap penyebab stres (stressor). Setelah
bertemu stressor, tubuh bereaksi dengan respon "fight-or-flight
response" (melawan atau lari) dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik.
Jika ada ancaman atau bahaya, tubuh akan mengeluarkan hormon seperti
hormon kortisol dan adrenalin untuk mengatasi rasa cemas atau takut. Pada
tahap ini pertahanan tubuh dikerahkan untuk menghadapi stressor, akibatnya
kemampuan imun dapat menurun. Jika stressor hilang, maka tubuh akan kembali
normal.
2.
Tahapan Pertahanan
Ini adalah tahap dimana sistem saraf parasimpatis kembali ke tingkat normal,
sementara tubuh memfokuskan kekuatan menghadapi stressor. Reaksi tubuh naik
melebihi batas normal, kadar glukosa darah, kortisol dan adrenalin tetap
tinggi, namun penampilan luar organisme tampak normal. Reaksi yang berlebihan
ini untuk melawan penyebab ketegangan sehingga diharapkan akan ada penyesuaian.
Reaksi seperti ini bila berjalan terus menerus dapat menyebabkan penyakit. Pada
tahap ini dapat muncul gejala psikis dan psikosomatis.
3.
Tahap Kelelahan
Di tahap ini stres
berlangsung cukup lama. Tubuh tidak mampu menyingkirkan stressor, akibatnya
tubuh terus menerus membuat pertahanan ataupun perlawanan. Perlawanan yang yang
dilakukan terus menerus menyebabkan kelelahan pada tubuh. Ketahanan tubuh
(imun) berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali. Pada tahap ini dapat muncul
berbagai macam penyakit, seperti diare, gatal-gatal, mual, tekanan darah tinggi
hingga penyakit jantung.
Faktor-Faktor Penyebab Stres
Faktr-faktor
yang menyebabkan sress merupakan gabungan
dari faktor internal (individu)
dan eksternal (sosial), yaitu:
1.
Faktor Sosial
a. Jumlah
peristiwa yang menjadi stressor , kemunculannya secara bersamaan.
b. Situasi
tertentu, misal: dengan siapa kita
hidup, seberapa lama kita mengalami stres tersebut.
2.
Faktor Individual
a. Karakteristik
kepribadian individu, misal: pemarah, ambisius, agresif.
b Kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres, antara lain: inteligensi, fleksibilitas berpikir.
c. Harga
diri (self-esteem).
d. Bagaimana
individu menerima atau mempersepsikan peristiwa
yang potensial memunculkan stres.
e. Toleransi
terhadap stres, tergantung pada: kondisi kesehatan, tingkat kecemasan.
B.
Tipe-Tipe Stres Psikologis
1. Tekanan
( Pressure ).
Tekanan dapat bersumber dari dalam diri seperti
ambisi atau dari luar diri seperti kompetisi di
lingkungan, bahkan dapat berupa gabungan keduanya. Apabila terlalu keras
menuntut diri sendiri, muncul perilaku self-defeating
, dimana diri kita kalah dengan
tuntutan kita sendiri yang berlebihan
seperti yang terjadi pada orang-orang perfeksionis.
2.
Frustrasi ( Frustration ).
Frustasi muncul karena adanya hambatan terhadap
motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan frustasi ada yang bersifat
intrinsik (cacat badan, dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,
bencana alam, kegoncangan ekonomi, pengangguran, dan lain-lain). Frustasi dapat
muncul akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, misalnya saat lapar tetapi
tidak adanya makanan. Atau adanya penundaan, misalnya ketika menunggu lampu
lalu- lintas menjadi hijau.
Ada beberapa sumber frustrasi dari dalam
diri individu yaitu:
a.
Tidak punya kemampuan
b.
Rendahnya komitmen
c.
Rendahnya kepercayaan diri
d.
Perasaan
bersalah
e.
Karakteristik individu: jenis kelamin, warna kulit
Tingkat frustrasi
tertentu merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Contohnya pada masa remaja matang
fisik dan seksual yang ingin hidup secara independen, padahal secara ekonomi
masih bergantung pada orangtua. Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan
perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi kita terhadap frustrasi maka
semakin mudah kita cenderung menjadi agresif.
3.
Konflik.
Konflik muncul ketika individu berada
dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling
bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan,
jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan
sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan
negatif dinamakan avoidance tendency.
Ada 4 macam-macam konflik:
a.
approach- approach conflict
Dua
pilihan yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.
b.
avoidance- avoidance conflict
Dua
pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif
c.
approach -avoidance conflict
Datu
objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
d.
double approach-avoidance conflict
Dua
alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.
4.
Cemas.
Cemas merupakan perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya
dimasa yang akan datang. Simtom cemas seperti jjantung berdebar, ketegangan
otot, keringat dingin. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas
normal, karena kecemasan merupakan alarm yang memperingatkan bahwa bahaya sudah
dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya. Perbedaan rasa takut dan cemas
adalah, rasa takut terjadi jika merasa terancam pada sesuatu yang spesifik
& jelas letaknya sedangkan rasa cemas lebih subjektif dan umum ancamannya,
lebih stressful , karena ancaman tidak diketahui objek dan efeknya lebih mudah terakumulasi sehingga membuat
berkurangnya kesadaran dan memburuknya performa kita.
C.
Symptom-reducing
responses terhadap stres
1.
Defence Mechanisms
Mekanisme
pertahanan diri merupakan reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga
diri mereka dari adanya stres psikologis. Sifatnya tidak disadari, otomatis
muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau
tidak sama sekali.
Macam-macam
mekanisme pertahanan diri:
1. Represi
2. Supresi
3. Pengingkaran
4. Rasionalisasi
5. Regresi
6. Proyeksi
7. Reaksi-formasi
8. Sublimasi
9. Acting
Out
10. Fantasi
2. Coping
Strategy
Koping
yang efektif didefinisikan sebagai suatu proses mental untuk mengatasi tuntutan yang dianggap
sebagai tantangan terhadap sifat pada diri seseorang. Dalam hal ini, untuk
dapat melakukan koping diperlukan sifat internal dan ekstrenal. Kreativitas,
kesabaran, optimisme, intuisi, rasa humor, hasrat, dan kasih sayang merpakan
contoh sifat internal. Sifat eksternal meliputi waktu, uang, dan dukungan
sosial.
Strategi
koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki 4 komponen pokok:
1. Peningkatan
kesadaran terhadap masalah
2. Pengolahan
informasi
3. Pengubahan
perilaku
4. Resolusi
damai
D.
Pendekatan “Problem
Solving” terhadap Stres
Jenis penyesuaian terhadap stres yang
bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan
lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya
yaitu:
1. Memodifikasi
diri agar lebih toleran terhadap stres
2. Memodifikasi
situasi yang menimbulkan stres.
Meningkatkan
Toleransi Terhadap Stres
a. Toleransi
terhadap tekanan
b. Toleransi
terhadap frustrasi
c. Toleransi
terhadap konflik
d. Toleransi
terhadap kecemasan
Pendekatan
yang Berorientasi terhadap Tugas
a. Pendekatan
Asertif
Merupakan
pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak
dan keinginan tanpa merebut hak orang lain
b. Berkompromi
Biasa
digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari kita,
atau sama-sama seimbang.
Tipe-tipe
kompromi ada konformitas, negosiasi, dan subtitusi.
c. Pendekatan
Menarik Diri
Dapat
dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan
kompromi. Strategi sementara dapat memperburuk kesehatan individu. Misalnya cuti
kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah
Sumber:
Dewi,
Kartika Sari.2010.Kesehatan Mental.Semarang:Universitas
Diponegoro.
Sunaryo.2004.Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.
National
Safety Council.2003.Manajemen Stres.Jakarta:EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar