About

Rabu, 30 Maret 2016

Teknik Psikoanalisis: Asosiasi Bebas

Tujuan utama dari terapi psikoanalisis Freud yang berkembang kemudian adalah mengungkapkan ingatan yang direpresi melalui asosiasi bebas dan analisis mimpi. “Terapi kita bekerja dengan cara mengubah apa yang tak disadari menjadi disadari, dan terapi ini berhasil apabila mampu menyebabkan perubahan tersebut. “ (Freud dalam Teori Kepribadian, 2014). Lebih spesifik lagi tujuan psikoanalisis adalah “untuk memperkuat ego, untuk membuatnya mandiri dari super ego, memperluas persepsi, dan mengembangkan organisasinya sehingga ego tersebut dapat mengambil alih id. Dimana ada id, di situ ada ego.” (Freud dalam Teori Kepribadian, 2014).
Melalui asosiasi bebas, pasien diminita untuk mengutaraka isi pikiran yang muncul dalam benaknya, tanpa memangdang apaka pikiran tersebut ada atau todak ada hubungannya ataupun menimbulkan rasa jijik. Tujuan asosiasi bebas adalah untuk sampai ke alam tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang disadari saat ini, menelusurinya melalui serangkaian asosiasi, dan mengikuti kemana ide ini pergi. Proses ini tidak mudah dan sejumlah pasien tidak menjalani proses tersebut.
Agar penanganan analis ini berhasil, libido yang semul muncul dalam bentuk gejala-gejala neurotis harus dibebaskan agar dapat melayani ego. Hal ini membutuhkan proses dua tahap.  Pertama, semua libido dipaksa pindah dari gejala transferens dan fokus di situ; kedua, pergulatan diarahkan pada objek ang baru ini dan melakukan proses ini, libido pun terbebaskan.
Situasi transferens ini sangat penting dalam psikoanalisis, transferens mengacu pada persaan seksual atau agresif yang kuat, baik positif atau negatif yang dikebangkan oleh pasien, terutama dengan orangtua mereka, hanya sekedar hanya dialihkan kepada si terapi. Dengan kata lain, perasaan pasien terhadap si terapis sama seperti yang dulu mereka rasakan pada salah satu atau kedua orangtua. Selama perasaan ini berwujud rasa tertarik atau cinta, transferens ini tidak mengganggu proses terapi, tapi justru mendukung kemajuan si pasien. Transferens positif memungkinkan pasien untuk menghidukan kembali pengalaman masa kecil mereka dalam iklim penanganan analitis yang tidak mengancam. Akan tetapi transferens negatif dalam bentuk kebencian perlu dikenali oleh terapis dan dijelaskan kepada pasien agar mereka bisa mengatasi resistensi terhadap penanganan.

Idealnya, ketika penanganan analitis berhasil maka pasien tidak lagi menderita gejala-gejala yang membuatnya terhambat. Mereka bisa menggunakan energi psikis untuk melakukan fungsi-fungsi ego dan mereka berhasil mengembangkan ego yang mencakup pengalaman yang dulunya direpresi. Mereka tidak mengalami perubahan-perubahankepribadian yang berarti, tetapi mereka menjadi seperti apa yang mereka bisa capai dalam kondisi-kondisi yang serba mendukung.

Sumber:
Feist, J. & Feist, G. J., (2014). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar