About

Kamis, 28 April 2016

Teknik Humanistik: Client-Centered Therapy

Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada proses-proses tak sadar, seperti konflik-konflik internal yang terletak di luar kesadaran. Sebaliknya, terapi-terapi humanistic-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi-terapi humanistic-eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien masa sekarang – “disini dan kini” – dan bukan pada masa lampau. Tetapi, ada juga kesamaan-kesamaan antara terapi-terapi psikodinamik dan terapi-terapi humanistic-eksistensial, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat memengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.
Rogers banyak melakukan riset, antara lain terbitlah bukunya yang lain yang juga sangat terkenal dan memengaruhi pendapat para konselor atau terapis mengenai teknik baru untuk melakukan konseling atau terapi. Hasil pemikirannya tertuang dalam bukunya yang terbit pada tahun 1951 dengan judul Client-centered Therapy: It’s Current Practice, Implication and Theory. 
Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk marawat pasien pasien ini, Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan terhadap ahli terapi. Karena itu disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training).
Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan piskologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Bila orang-orang lain bersifat selektif dalam menerima perasaan-perasaan dan tingkah laku mereka selama masa kanak-kanak, maka mereka mungkin tidak mengakui bagian-bagian dari diri kita yang tidak disenanginya. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi – client-centered therapy – membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers menilai terapis tidak boleh mamaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. Focus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukam terapis yang memimpin dan mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaannya yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Metode Terapi Person-Centered
Rogers mengemukakan 6 syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika:
1.  Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2. Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya kea rah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan membuka usaha-usahanya sendiri
3.  Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkan
4.    Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
5.  Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan persaan-perasaan pasien
6.   Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan

Client-centered Therapy dipilih karena menarik. Hal yang membuatnya menarik adalah karena focus jalannya terapi ada di klien. Bahkan terapis bukan sebagai pengarah jalannya terapi dan terapis tidak diperbolehkan memaksakan tujuannya pada klien. Selain itu, enam syarat yang dikemukakan oleh Rogers dapat membuat klien lebih merasa nyaman dan bebas mengutarakan semua hal.

Sumber:

Hall, Calvin. S., & Lindzey, G. (1993). Pikologi kepribadian 2 teori-teori holistic (organismik-fenomenologis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar