Abraham Maslow dapat dipandang sebagai
bapak dari psikologi humanistic. Namun sesungguhnya dia tidak sendiri. Sejumlah
rekannya juga memiliki pandangan yang sama dengan dia, antara lain, Erich
Fromm, Viktor Frankl dengan ide Logoterapinya, dan Carl Rogers dengan
pendapatnya tentang konseling berpusat pada klien. Menurut Maslow, para
psikolog meupun psikiater pada saat itu menemukan kesulitan untuk tetap
berpedoman pada teori psikologi yang sudah ada untuk menolong pasien-pasiennya,
karena teori-teori itu ternyata tidak dapat sepenuhnya digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
Gerakan psikologi humanistic mulai di
Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Gerakan ini merupakan
gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan
psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia
dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistik.
Graham berpendapat bahwa psikologi humanistik
menekankan pengembangan pribadi dan aktualisasi diri sebagai tujuan fundamental
manusia. Sementara Bastaman menganggap psikologi humanistic memusatkan
perhatian untuk menelaah kualitas insani yang terpatri pada eksistensi manusia
sepert daya analisis, imajinasi, kreativitas, aktualisasi diri, dan
pengembangan pribadi. Bersasarkan pandang diatas, jelaslah psikologi humanistic
bertujuan ‘memanusiakan manusia’ dan percaya akan keunikan setiap individu yang
merupakan eksistensi orisinil dirinya yang secara fitrah memiliki potensi untuk
berkembang.
Menurut Maslow psikologi harus lebih
manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan
Kelebihan dan
Kekurangan Teori Humanistik
a.
Kelebihan
· Konsep aktualisasi
diri Maslow masih digunakan sampai
dengan saat ini
·
Teori Maslow
cukup konsisten dengan akal sehat
(common
sense)
·
Teori Maslow
berperan sebagai pedoman bagi para praktisi
b.
Kekurangan
· Kurangnya definisi-definisi
operasional dari sebagian
besar konsep Maslow, maka peneliti tidak dapat
membenarkan
ataupun menyalahkan banyak hal dari teori dasarnya
· Bahasa yang
sulit dimengerti sehingga membuat bagian-
bagian penting teorinya menjadi ambigu
dan tidak konsisten
· Pada pandangan pertama teori ini terlihat cukup sederhana,
namun pemahaman menyeluruh memberikan model teori yang
lebih rumit
Sumber:
Dewi,
R. A. (2006). Menjadi manusia holistic. Jakarta:
PT Mizan Publika.
Feist,
J. & Fesit, G. J. (2010). Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Walgito,
B. (2004). Pengantar psikologi umum.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
galfok sama tampilan blog nyaa:):):) cantik bangett;)
BalasHapus