A. Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Dibawah
ini beberapa pengertian penyesuaian diri menurut beberapa ahli:
Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai
interaksi Anda yang kontinu dengan diri Andasendiri, dengan orang lain, dan
dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur,2003:526).
Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi bangunan
psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu
terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu
sendiri dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek
kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar
dirinya (Desmita,2009:191).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan padalingkungannya. Sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa
dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang
mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat
berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat
keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang
diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita,
2009:192).
W.A Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian
diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga
mnegubah lingkungan sesuai dengan kadaan (kainginan diri).”
Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian
diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan
hambatan.”
B.
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan
ditemukan dalam konsep Konfusian tentang diri sebagai pusat hubungan interaksi,
bukan sebagai pusat yang statis secara strutur tetapi lebih dinamis, orang
dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Dalam arti ini, kita dapat
memvisualisasikan proses pertumbuhan personal sebagai tahapan-tahapan lingkaran
konsentris yang keluar dari diri kepada keluarga, tetangga, masyarakat, negara,
dunia, dan alam semesta.
a.
Penekanan
Pertumbuhan, Penyesuaian Diri, dan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi,
pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis.
b.
Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin
terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c.
Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi-kondisi yang berubah berlangsung dengan dua cara,
yaitu langsung bagi seluruh organisasi atau hanya pada bagian tertentu saja,
dan secara tidak langsung. Dalam semua kasus, ada dua faktor terpenting,
pertama, sifat organisasi itu sendiri, dan yang kedua, sifat kondisi
kehidupannya. Dampak langsung dari kondisi-kondisi yang berubah membawa kepada
hasil yang terbatas dan tak terbatas. Dalam hal kondisi yang berubah,
organisasi tampaknya menjadi lentur, dan kita memperoleh banyak variabilitas
yang berfluktuasi. Sedang dalam sifat organisme, sifat tersebut sedemikian
rupa, sehingga dia lekas menerima, jika diharapkan pada kondisi-kondisi
tertentu, dan semua atau hampir semua individu itu berubah dengan cara yang
sama.
d.
Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi adalah
sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Ilmu fenomonologi dalam
filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik,
yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini. Tradisi fenomenologi
berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu – individu
yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang
sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog.
Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini.
Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan
terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada
suatu hal yang ingin di maknai
Sumber:
Darwin, Charles. 2003. The Origin of Species – Asal-Usul Spesies. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sunaryo.
2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Wei-Ming,
Tu. 2005. Etika Konfusian Modern .
Jakarta: Penerbit Teraju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar