About

Jumat, 06 November 2015

6. Teori-Teori Leadership

     A.   Definisi Leadership
Kepemimpinan  (leadership) adalah kemampuan seseorang pemimpin atau leader untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan atau kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat. Kepemimpinan ada yang bersifat resmi atau formal leadership, yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi adalah kepemimpinan resmi dalam pelaksanaannya berada di atas landasan-landasan dan peraturan-peraturan.
     B.   Teori-Teori Kepemimpinan Partisipasif
     1.      Teori X & Y oleh Douglas McGregor
Teori X dan Y didasarkan pada berbagai asumsi tentang para karyawan/pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Asumsi yang dikembangkan teori X pada dasarnnya cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk. Gaya kepemimpinan petunjuk tepat diterapkan saat karyawan yang menjadi bawahannya cenderung pasif, malas, tidak kreatif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu peran pengarahan yang dilakukan oleh manajer suatu organisasi menjadi sangatlah dominan dan penting bagi kemajuan organisasi. Teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Dalam teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak malas, inin mandiri, dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi.
2.      Teori Empat Sistem oleh Rensis Likert
Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat sistem:
a.     Sistem Pertama: Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
b.    Sistem Kedua: Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan. Manajemen berkenan untuk percaya pada bawahan dalam hubungan atasan dan bawahan, keputusan ada di atas namun ada kesempatan bagi bawahan untuk turut memberikan masukan atas keputusan itu.
c.     Sistem Ketiga: Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan. Disini karyawan bebas berhubungan dan berdiskusi dengan atasan dan interaksi antara pimpinan dan karyawan nyata. Keputusan di tangan atasan, namun karyawan memiliki andil dalam keputusan tersebut.
d.    Sistem Keempat: Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan. Disini manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka dapat membuat keputusan. Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang. Komunikasi kebawah pada umumnya diterima, jika tidak dapat dipastikan dan diperbolehkan ada diskusi antara karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem terbangun, komunikasi keatas umumnya akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan tulus. Motivasi kerja dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan keputusan, penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian .
      3.    Teori of Leadership Pattern Choice oleh Tannenbaum dan Schmidt
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt adalah sebagai berikut:
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik
Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, karyawan memberikan solusi lalu pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan memberi kesempatan bertanya.”
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan benar.”
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan memberitahu ke kelompok.”
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim

Pada dasarnya kepemipinan sebagai kedudukan dilakukan melalui proses seperti pada pemilihan umum yang melalui proses secara resmi atau seperti kepemimpinan dalam perusahaan yang biasanya dijalankan dalam waktu yang cukup lama dan dalam lingkup yang cukup luas. Sedangkan kepemimpinan sebagai proses sosial terjadi melalui proses pada lingkungan sosial sekitar seperti pemilihan imam di masjid. Imam dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki yang diakui oleh orang-orang sekitar bukan melalui pemilihan resmi.

Sumber:
Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.Soekanto,

S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


2 komentar: