A.
Definisi Leadership
Kepemimpinan
(leadership)
adalah kemampuan seseorang pemimpin atau leader
untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain yaitu yang dipimpin atau
pengikut-pengikutnya tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan
atau kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan kepemimpinan
merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat
dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan
meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang
menyebabkan gerak dari warga masyarakat. Kepemimpinan ada yang bersifat resmi
atau formal leadership, yaitu
kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena
pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu
perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi
adalah kepemimpinan resmi dalam pelaksanaannya berada di atas landasan-landasan
dan peraturan-peraturan.
B.
Teori-Teori Kepemimpinan Partisipasif
1.
Teori
X & Y oleh Douglas McGregor
Teori
X dan Y didasarkan pada berbagai asumsi tentang para karyawan/pegawai dan
bagaimana memotivasi mereka. Asumsi yang dikembangkan teori X pada dasarnnya
cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi
adalah gaya kepemimpinan petunjuk. Gaya kepemimpinan petunjuk tepat diterapkan
saat karyawan yang menjadi bawahannya cenderung pasif, malas, tidak kreatif,
dan tidak inovatif. Oleh karena itu peran pengarahan yang dilakukan oleh
manajer suatu organisasi menjadi sangatlah dominan dan penting bagi kemajuan
organisasi. Teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang
diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Dalam teori Y diasumsikan
bahwa karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki
semangat kerja yang tinggi, tidak malas, inin mandiri, dan memiliki komitmen
yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Teori Empat
Sistem oleh Rensis Likert
Fungsi-fungsi
manajemen berlangsung dalam empat sistem:
a. Sistem
Pertama: Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu
diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak
memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan
untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah
ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih
banyak dari atas kebawah.
b. Sistem Kedua: Sistem
yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan
karyawan. Manajemen berkenan untuk percaya pada bawahan dalam hubungan atasan
dan bawahan, keputusan ada di atas namun ada kesempatan bagi bawahan untuk
turut memberikan masukan atas keputusan itu.
c. Sistem
Ketiga: Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan. Disini
karyawan bebas berhubungan dan berdiskusi dengan atasan dan interaksi antara
pimpinan dan karyawan nyata. Keputusan di tangan atasan, namun karyawan
memiliki andil dalam keputusan tersebut.
d. Sistem
Keempat: Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat
keputusan. Disini manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka dapat
membuat keputusan. Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang. Komunikasi
kebawah pada umumnya diterima, jika tidak dapat dipastikan dan diperbolehkan
ada diskusi antara karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem terbangun,
komunikasi keatas umumnya akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan
tulus. Motivasi kerja dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam
pengambilan keputusan, penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian .
3.
Teori
of Leadership Pattern Choice oleh Tannenbaum
dan Schmidt
Tujuh
“pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt adalah
sebagai berikut:
Kepemimpinan Pola 1:
“Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh
superior.”
Contoh:
Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering
untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2:
“Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat
keputusan.”
Contoh:
Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali
seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik
Kepemimpinan Pola 3:
“Pemimpin menyajikan masalah, karyawan memberikan solusi lalu pemimpin membuat
keputusan.”
Contoh:
Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka
pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan Pola 4:
“Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah
oleh kelompok.”
Contoh:
Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk
bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5:
“Pemimpin menyajikan ide-ide dan memberi kesempatan bertanya.”
Contoh:
Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu
untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki
pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6:
“Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan benar.”
Contoh:
Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari
Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari
terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7:
“Para pemimpin membuat keputusan dan memberitahu ke kelompok.”
Contoh:
Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka
atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim
Pada
dasarnya kepemipinan sebagai kedudukan dilakukan melalui proses seperti pada pemilihan
umum yang melalui proses secara resmi atau seperti kepemimpinan dalam
perusahaan yang biasanya dijalankan dalam waktu yang cukup lama dan dalam
lingkup yang cukup luas. Sedangkan kepemimpinan sebagai proses sosial terjadi
melalui proses pada lingkungan sosial sekitar seperti pemilihan imam di masjid.
Imam dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki yang diakui oleh orang-orang
sekitar bukan melalui pemilihan resmi.
Sumber:
Purwanto, Djoko.
(2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta:
Erlangga.Soekanto,
S.
(2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Kok cuman 3
BalasHapusKok cuman 3
BalasHapus