A. Bagaimana Memengaruhi Orang Lain
Konsep kekuasaan, kepemimpinan, dan manajemen sering
terbiaskan dalam pemahamannya. Konsep kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik
perorangn maupun kelompok. Sedangkan kekuasaan merupakan sarana bagai pemimpin
untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya (Thoha, 2009). Manajemen memiliki
pengertian sebagai suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha
manusia dengan bantuan manusia serta sumber-sumber lainnya menggunakan metode
yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Hamalik, 2010). Kepemimpinan secara umum dapat didefinisikan sebagai
kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu
memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi (House,
dalam Yulk, 2001). Yulk (2001) kekuasaan melibatkan kapasitas dari satu
pihak (agen) untuk mempengaruhi pihak lain (target). Pernyataan Yulk diatas
dipertegas oleh Gordon (1991) ‘individual with a high need for power try to influence and
control others, seek leadership positions in group, enjoy persuading others,
and are perceived by others as outspoken, forceful, and demanding. Keberhasilan seseorang dalam mempengaruhi bergantung pada
tingkatannya. Keberhasilan ini dapat terlihat dari pencapaian efek yang
diharapakan dari target atau pengaruh lebih rendah dari yang diharapkan. Yulk
(2001) mengemukakan tiga hasil upaya pengaruh yaitu komitmen, kepatuhan, dan
perlawanan.
Taktik kekuasaan merupakan strategi atau cara yang
digunakan individu atau kelompok untuk menjabarkan landasan atau sumber
kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu untuk mempengaruhi pihak lain
(Robbin, 2005). Ada pun taktik kekuasaan yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut:
1.
Legitimasi, yaitu teknik menguasai atau mempengaruhi
pihak lain dengan cara menekankan posisi kewenangan seseorang atau menekankan
bahwa permintaan yang diajukan selaras dengan kebijakan dan ketentuan
organisasi;
2.
Persuasi rasional, adalah teknik mempengaruhi pihak
lain dengan cara memberikan berbagai argumentasi logis dan bukti empiris untuk
membuktikan bahwa permintaan tersebut logis;
3.
Seruan inspirasional, merupakan taktik untuk
mempengaruhi pihak lain dengan cara mengembangkan komitmen emosional. Caranya
adalah dengan menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan aspirasi pihak
yang hendak menjadi sasaran pengaruh kita.
4.
Konsultasi, ialah taktik mempengaruhi dengan cara
meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak sasaran dengan jalan melibatkan
mereka dalam perencanaan tentang bagaimana melakukan sebuah perubahan.
5.
Tukar pendapat (memberi dan menerima), merupakan
sebuah taktik untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara memberikan penghargaan
atau uang atau materi lain karena mau menaati suatu permintaan.
6.
Seruan pribadi, yaitu sebuah taktik mempengaruhi pihak
lain karena alasan persahabatan atau kesetiaan.
7.
Menyenangkan orang lain, adalah taktik mempengaruhi
orang lain dengan menggunakan rayuan, pujian, atau persahabatan sebelum
mengajukan sebuah permintaan.
8.
Tekanan, yaitu sebuah teknik mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan peringatan, tuntutan yang tegas dan ancaman.
9.
Koalisi, adalah taktik mempengaruhi orang lain dengan
cara meminta dukungan atau bantuan dari pihak lain untuk meyakinkan subjek yang
menjadi sasaran permintaan.
B. Wewenang
Wewenang
dimaksud sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk
menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai
masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang
yang memiliki wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing
orang banyak. Apabila membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah
hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Tekanannya adalah pada hak
bukan pada kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, kekuasaan tanpa wewenang
merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan
pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang. Wewenang hanya mengalami
perubahan dalam bentuk. Berdasarkan kenyataannya wewenang tadi tetap ada. Perkembangan
suatu wewenang terletak pada arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin
memenuhi kebutuhan yang diidam-idamkan masyarakat.
Pada
dasarnya wewenang dapat diperoleh melalui kepemimpinan. Seorang pemimpin yang
memiliki wewenang dapat memengaruhi orang-orang yang berada dibawah
pimpinannya. Seseorang yang memiliki kekuasaan dapat memengaruhi dan mengontrol
orang lain. Seperti seorang atasan yang dapat membuat bawahannya mengikuti apa
yang diinginkan dari atasan.
Sumber:
Soekanto, S. (1982). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
https://syunutrihantoyo.wordpress.com/2014/06/06/power-dalam-kepemimpinan-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar