About

Sabtu, 24 Oktober 2015

4. Memengaruhi Perilaku 2

      A.    Bagaimana Memengaruhi Orang Lain

Konsep kekuasaan, kepemimpinan, dan manajemen sering terbiaskan dalam pemahamannya. Konsep kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangn maupun kelompok. Sedangkan kekuasaan merupakan sarana bagai pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya (Thoha, 2009). Manajemen memiliki pengertian sebagai suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta sumber-sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2010). Kepemimpinan secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi (House, dalam Yulk, 2001). Yulk (2001) kekuasaan melibatkan kapasitas dari satu pihak (agen) untuk mempengaruhi pihak lain (target). Pernyataan Yulk diatas dipertegas oleh Gordon (1991) ‘individual with a high need for power try to influence and control others, seek leadership positions in group, enjoy persuading others, and are perceived by others as outspoken, forceful, and demanding. Keberhasilan seseorang dalam mempengaruhi bergantung pada tingkatannya. Keberhasilan ini dapat terlihat dari pencapaian efek yang diharapakan dari target atau pengaruh lebih rendah dari yang diharapkan. Yulk (2001) mengemukakan tiga hasil upaya pengaruh yaitu komitmen, kepatuhan, dan perlawanan.
Taktik kekuasaan merupakan strategi atau cara yang digunakan individu atau kelompok untuk menjabarkan landasan atau sumber kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu untuk mempengaruhi pihak lain (Robbin, 2005). Ada pun taktik kekuasaan yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Legitimasi, yaitu teknik menguasai atau mempengaruhi pihak lain dengan cara menekankan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa permintaan yang diajukan selaras dengan kebijakan dan ketentuan organisasi;
2.      Persuasi rasional, adalah teknik mempengaruhi pihak lain dengan cara memberikan berbagai argumentasi logis dan bukti empiris untuk membuktikan bahwa permintaan tersebut logis;
3.      Seruan inspirasional, merupakan taktik untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara mengembangkan komitmen emosional. Caranya adalah dengan menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan aspirasi pihak yang hendak menjadi sasaran pengaruh kita.
4.      Konsultasi, ialah taktik mempengaruhi dengan cara meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak sasaran dengan jalan melibatkan mereka dalam perencanaan tentang bagaimana melakukan sebuah perubahan.
5.      Tukar pendapat (memberi dan menerima), merupakan sebuah taktik untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara memberikan penghargaan atau uang atau materi lain karena mau menaati suatu permintaan.
6.      Seruan pribadi, yaitu sebuah taktik mempengaruhi pihak lain karena alasan persahabatan atau kesetiaan.
7.      Menyenangkan orang lain, adalah taktik mempengaruhi orang lain dengan menggunakan rayuan, pujian, atau persahabatan sebelum mengajukan sebuah permintaan.
8.      Tekanan, yaitu sebuah teknik mempengaruhi orang lain dengan menggunakan peringatan, tuntutan yang tegas dan ancaman.
9.      Koalisi, adalah taktik mempengaruhi orang lain dengan cara meminta dukungan atau bantuan dari pihak lain untuk meyakinkan subjek yang menjadi sasaran permintaan.

      B.     Wewenang

Wewenang dimaksud sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang yang memiliki wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing orang banyak. Apabila membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Tekanannya adalah pada hak bukan pada kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang. Wewenang hanya mengalami perubahan dalam bentuk. Berdasarkan kenyataannya wewenang tadi tetap ada. Perkembangan suatu wewenang terletak pada arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin memenuhi kebutuhan yang diidam-idamkan masyarakat.

Pada dasarnya wewenang dapat diperoleh melalui kepemimpinan. Seorang pemimpin yang memiliki wewenang dapat memengaruhi orang-orang yang berada dibawah pimpinannya. Seseorang yang memiliki kekuasaan dapat memengaruhi dan mengontrol orang lain. Seperti seorang atasan yang dapat membuat bawahannya mengikuti apa yang diinginkan dari atasan.

Sumber:
Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

https://syunutrihantoyo.wordpress.com/2014/06/06/power-dalam-kepemimpinan-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar