1. Bagaimana
Memilih Pasangan
Cinta
adalah hasil akhir yang dicapai seseorang dari hubungannya dengan sesama.
Sebagai penjelasan adalah bahwa cinta merupakan perasaan yang paling tinggi dan
ikatan paling akhir diantara individu di suatu bangsa. Kadang-kadang cinta
timbul karena kekaguman terhadap kelebihan, sehingga muncul rasa hormat dan
cinta kepada orang yang memiliki kelebihan tersebut.
Pada
dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga criteria dasar yaitu :
- Cocok menjadi anak dari orangtua kita
- Cocok jadi ayah/ibu dari anak-anak
kita kelak
- Cocok jadi suami/istri kita
2. Seluk
Beluk dalam Pernikahan
Unsur-unsur
dasar dari cinta yaitu Perhatian (Care), Tanggungjawab (Responsibility), Rasa
Hormat (Respect) dan Pengetahuan (Knowledge). Fromm (Fromm, 2005)
menjabarkannya sebagai berikut :
a. Perhatian
(Care)
Cinta
adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita
cintai. Implikasi dari cinta yang berupa perhatian terlihat jelas dari
perhatian tulus seorang ibu kepada anaknya.
b. Tanggungjawab
(Responsibility)
Tanggungjawab
dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat
sukarela. Bertanggungjawab berarti mampu dan siap menganggapi.
c. Rasa
Hormat (Respect)
Rasa
hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar
kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat
seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa
hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang
sebagaimana adanya.
d. Pengetahuan
(Knowledge)
Pengetahuan
yang menjadi satu aspek dari cinta adalah pengetahuan yang tidak bersifat
eksternal, tetapi menembus hingga ke intinya. Perhatian, tanggungjawab, rasa
hormat dan pengetahuan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan
sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang
mengembangkan potensi dirinya secara produktif.
3. Penyesuaian
dan Pertumbuhan dalam Pernikahan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri
dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu
dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua
pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan
berpotensi merusak hubungan.
4. Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Perceraian
adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan
kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan.
Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil, perabotan atau
kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak
mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan
pasangan itu dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
Faktor
penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut:
·
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan
tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan
suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh
berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang
ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga
memerlukan perincian yang lebih mendetail.
·
Krisis moral dan akhlak
Selain
ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh
landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung
jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan,
pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun
istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
·
Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam
sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah
dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang
berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul
dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri.
Langkah
pertama dalam menanggulangi sebuah masalah perkawinan adalah :
·
Adanya keterbukaan antara suami–istri
·
Berusaha untuk menghargai pasangan
·
Jika dalam keluarga ada masalah,
sebaiknya diselesaikan secara baik-baik
·
Saling menyayangi antara pasangan
5. Alternatif
Selain pernikahan
Beberapa
dewasa muda tetap sendiri karena mereka tidak menemukan pasangan yang tepat,
yang lainnya tetap sendiri oleh pilihan. Banyak saat ini perempuan yang
endukung diri merka sendirir dan tidak ada tekanan sosial untuk menikah. Pada saat
yang sama, banyak dewasa yang lmenunda pernikahan dan anak karena ekonomi yang
kurang stabil. Pilihannya beberapa individu lebih memilih menjelajahi negara lain
atau dunia, mengejar karier, melanjutkan pendidikan, atau melakukan pekerjaan
kreatif tanpa khawatir tentang bagaimana pemenuhan diri mereka berpengaruh pada
individu lain. Beberapa menemukan gaya hidup yang menarik. Beberapa menyukai
hidup sendiri. Dan beberapa menunda atau menghindari pernikahan karena
ketakutan akan berahir dengan perceraian.
Sumber:
Papalia,
Diane E.2014.Menyelami Perkembangan
Manusia.Jakarta: Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar