C. Aliran
Humanistik
Teori
humanistik (Yusuf Syamsu, 2007:141) berkembang sekitar tahun 1950-an sebagai
teori yang menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan
humanistik terhadap dua teori ini adalah bahwa kedua-duanya bersifat
“dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai manusia). Teori Freud dikritik, karena
memandang tingkah laku manusia didominasi atau ditentukan oleh dorongan yang
bersifat primitif, dan animalistic (hewan). Sementara behavioristik dikritik,
karena teori ini terlalu asyik dengan penelitiannya terhadap binatang, dan
menganalisis kepribadian secara pragmentasi. Kedua teori ini dikritik, karena
memandang manusia sebagai bidak atau pion yang tak berdaya dikontrol oleh
lingkungan dan masa lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.
Teori humanistik dipandang sebagai “third force” (kekuatan
ketiga) dalam psikologi, dan merupakan alternative dari kedua kekuatan yang
dewasa ini dominan (psikoanalisis dan behavioristik). Kekuatan yang ketiga ini
dinamakan humanistic karena memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku
manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai “orientasi teoritis yang menekankan
kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas)
dan potensi untuk mengembangkan dirinya” (Yusuf Syamsu, 2007:141).
Abraham Maslow (Yusuf Syamsu, 2007: 152).
adalah seorang psikolog terkenal yang teman bekerja pada psikologi humanistik
telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata pelajaran kemanusiaan seperti
geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan Hierarchy-nya Kebutuhan.
Abraham Harold Maslow (Jess Feist &
Gregory Jess Feist, 2008 : 242) lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York .
Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi
Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci
untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua
anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat
keras karena ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.
Para ahli psikologi humanistik mempunyai
perhatian terhadap isu-isu penting tentang eksistensi manusia, seperti : cinta,
kreativitas, kesendirian dan perkembangan diri. Mereka tidak meyakini bahwa
manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi manusia melalui penelitian
terhadap binatang.
Para ahli humanistik memiliki pandangan
yang optimistik terhadap hakikat manusia (Yusuf Syamsu, 2007:142).
Mereka meyakini bahwa :
- Manusia memiliki dorongan bawaan untuk
mengembangkan diri.
- Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau
mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang
diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
- Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak
dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional dan konflik.
Maslow
(Yusuf Syamsu, 2007:161) berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian
yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara
penuh (self-actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan nama metamotivation, meta-needs, B-motivation atau being
values (kebutuhan untuk
berkembang). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya dirinya
tidak termotivasi untuk mengejar sesuatu (tujuan) yang khusus, mereduksi
ketegangan, atau memuaskan suatu kekurangan. Mereka secara menyeluruh tujuannya
akan memperkaya, memperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalui
bermacam-macam pengalaman yang menantang. Dia berusaha untuk mengembangkan
potensinya secara maksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada
dalam keadaan yang menjadi baik yaitu spontan, alami, dan senang
mengekspresikan potensinya secara penuh.
Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu
mengaktualisasikan dirinya, dia namai D-motivation atau deficiency. Tipe motivasi ini cenderung mengejar
hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya, seperti mencari
makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar)
untuk tujuan yang khusus (makanan) menghasilkan motivasi untuk memperoleh
sesuatu dirasakannya kurang (mencari makanan). Motif ini tidak hanya
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cinta kasih,
dan penghargaan.
Terkait dengan metaneeds,
Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskan akan berdampak
kurang baik individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya,
dan juga melahirkan metapatologi yang dapat merintangi perkembangannya.
Metapalogi merintangi self-actualizers untuk mengekspresikan,
menggunakan, memenuhi potensinya, merasa tidak berdaya, dan depresi. Individu
tidak mampu mengidentifikasi sumber penyebab khusus dari masalah yang
dihadapinya dan usaha untuk mengatasinya
D. Pendapat Alport
Menurut
Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada
tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang
membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian
yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa
kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat
yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke
depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan
datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.
Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih
dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan
motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan
energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus
menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan
pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang
remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari
kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan
apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan
dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan
tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka,
menyebabkan masalah kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat
penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang
demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan
impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud,
dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir;
apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat
dibentuk. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar